Soal Pilot Batik Air Tertidur, Ketua Lions Club: Bukan Salah Perusahaan.

NEWS24.CO.ID – Soal Pilot Batik Air Tertidur, Ketua Lions Club: Bukan Salah Perusahaan.  CEO Lion Group Rusdi Kirana angkat bicara soal insiden antara pilot dan pilot Batik Air yang tertidur selama penerbangan.

Menurut pendiri Lion Air, kejadian pilot dan co-pilot tertidur bukan merupakan kesalahan perusahaan. “Saya lihat itu bukan salah perusahaan, karena menurut keterangan pilot, dia capek karena ada urusan dengan dirinya sendiri, jadi itu urusan semua orang,” kata Rusdi saat ditemui di pelatihan Lion Group. pusat, Balaraja. , Kabupaten Tangerang, pada Rabu. 20 Maret 2024.

Soal Pilot Batik Air Tertidur, Ketua Lions Club: Bukan Salah Perusahaan.  Menurut Rusdi, manajemen Lion Group melarang pilot tersebut berupa pencabutan izin dan dimutasi oleh atasannya ke departemen lain. “Meski bukan salahnya, tapi pemimpinnya langsung tergerak untuk memberikan efek jera kepada pemimpin lainnya, padahal itu bukan salahnya,” kata Rusdi.

Diakuinya, timnya tidak memenuhi penilaian istirahat dan liburan pilot Lion Group, menyusul kejadian pilot dan co-pilot Batik Air yang tertidur. Sebab, kata dia, jam istirahat tidak bisa dilanggar bila pilot mendapat libur dua hari sebelum penerbangan.

“Sebelum terbang, saya diberi libur dua hari, seharusnya cukup, tapi sayang dia harus pindah untuk mengurus anaknya,” jelasnya. Dewan Keselamatan Transportasi Nasional atau KNKT mengungkap kejadian yang melibatkan dua pramugari Batik Air saat penerbangan dari Kendari menuju Jakarta. Peristiwa itu terjadi pada 25 Januari 2024, saat keduanya dikabarkan tertidur sekitar 30 menit saat menerbangkan Airbus 1320 berregistrasi PK-LUV. Kedua awak pesawat tersebut merupakan seorang pilot berusia 32 tahun dan seorang pramugari berusia 28 tahun. KNKT mengatakan kejadian tersebut menyebabkan beberapa kesalahan navigasi. “28 menit setelah operator terakhir merekam siaran tersebut, pilot terbangun dan menyadari bahwa pesawat tidak berada pada jalur penerbangan yang benar,” tulis KNKT dalam laporan investigasinya, merujuk pada Jumat 8 Maret 2024.

Berdasarkan laporan KNKT, saat persiapan penerbangan, pilot sempat mengatakan kepada pilot bahwa dirinya kurang istirahat. Oleh karena itu, pilot menyarankan agar pilot beristirahat selama penerbangan.

Berdasarkan catatan KNKT, waktu istirahat pilot sebelum mengoperasikan penerbangan pada 25 Januari 2024 adalah 53 jam. Pilotnya memiliki anak kembar berusia satu bulan. Di rumah, sang pelaut merawat anak kembarnya bersama istrinya. Pilot memutuskan untuk tidur ketika pilot menyarankan agar ia beristirahat. Saat itu, pesawat sedang terbang di ketinggian 36.000 sekitar pukul 08.37 waktu setempat. Pilot terbaring di kokpit selama sekitar 30 menit. Pilot kemudian mengambil peran sebagai pilot. Namun otoritas penerbangan di Jakarta belum mendapat tanggapan dari pilot. Akhirnya, para kru mencoba menghubungi pesawat tersebut melalui berbagai upaya, termasuk meminta pilot lain untuk memanggil awak pesawat. Setelah mati sekitar 28 menit, pilot terbangun dan menyadari bahwa posisi pesawat tidak tepat. Kemudian pilot membangunkan pramugari dan menjawab panggilan dari pusat kendali wilayah Jakarta. Pilot mengatakan dia dan rekannya mengalami masalah komunikasi radio sehingga tidak menjawab panggilan dari Jakarta.

Penerbangan Batik Air dilanjutkan dan mendarat dengan selamat di Jakarta. Insiden tersebut tidak menimbulkan korban jiwa dan tidak ada kerusakan pada pesawat. KNKT mendesak Batik Air untuk membuat jadwal penerbangan rinci dan melakukan inspeksi visual terhadap pesawat untuk memastikan pengoperasian yang benar.